Biografi Singkat Al- Marhum Al Maghfurllah KH. HASYIM DJAMHARI BIN H. DJAMHARI
Al-Marhum Al Mahghfurlahu Romo KH. Hasyim Djamhari bin H. Djamhari merupakan putra dari H. Djamhari dan Ibu Hj. Fatimah, yang merupakan pasangan sosok Ayah dan Ibu yang terkenal Sholih dan Sholihah, Penyayang dan Penyabar dalam mendidik anak-anaknya dan dikenal sebagai sosok seseorang yang senantiasa memuliakan Habaib dan Ulama, serta peduli terhadap fakir miskin.
Romo KH. Hasyim Djamhari (Mbah Hasyim) dikenal sebagai Kiai atau Ulama Kharismatik, Alim dan Bijaksana. Hasyim, demikianlah panggilan nama beliau sejak kecil. Beliau berada di dalam kandungan ibu beliau selama 12 bulan, melebihi umumnya usia kandungan. Beliau dilahirkan di Tegal, tepatnya di sebuah pedukuhan bernama Dukuh Kandang yang terletak di Desa Danawarih Kec. Balapulang Kab. Tegal pada hari Sabtu Legi tanggal 28 bulan Jumadil Tsani tahun 1359 H. atau 03 Agustus 1940 M.
H. Djamhari dan Hj. Fatimah sebagai orang tua mengharapkan putra-putrinya kelak menjadi orang yang Alim, Amil, berguna bagi diri sendiri, Agama, Bangsa dan Negara, sehingga mereka berdua selalu melakukan tirakat (berpuasa) bertahun-tahun dengan harapan kelak keturunan mereka menjadi orang-orang yang ,Alim, ,Amil, Berguna bagi diri sendiri, Agama, Bangsa dan Negara, dan hidup bahagia di dunia dan di akhirat kelak.
Mereka berdua pun selalu memberikan pengawasan dan bimbingan yang ketat dan penuh kewaspadaan. Sejak kecil telah ditanamkan sikap disiplin yang tinggi dan terus menerus disirami bekal keimanan ke dalam jiwa beliau yang baru tumbuh. Bila ada salah satu anak H. Jamhari dan Hj. Fatimah yang tertidur dan melaksanakan solat maktubah di akhir waktu, Beliau langsung mengingatkan dan menasehati putra-putri mereka agar selalu memperhatikan waktu sholat dan menjadi disiplin waktu dalam segala hal.
Dari jalur silsilah Kakek, nasab Mbah Hasyim sampai kepada Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Berikut adalah Silsilah nasab Mbah Hasyim; H. Djamhari, bin KH. Yahya, bin Kiai Dalam / Kiai Abdullah, bin Kiai Mustal / Kiai Abdul Wahab, bin Kiai Abdul Wahid bin Kiai Hasa’ bin Kiai Abdul Ghofar (Pangeran Purbaya), bin Kiai Abdurrahman (Sultan Mataram) bin Kiai Ageng Pemanahan, bin Kiai Unais Ngeluwehan Solo, bin Kiai Selo / Kiai Abdurrahman, bin Kiai Gantos Pandanaran bin Syarifah Shofiyah bin Ibrahim / Kiai Baron bin Syaikh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik).
Dari Ayahnya, beliau Mbah Hasyim meneladani ketegasan, keteguhan dan etos kerja dalam mencari ma’isyah, serta meneladani rasa kasih Sayang dan kedermawanan. Dalam pribadi Mbah Hasyim semua itu tersinergi secara seimbang.
Beliau adalah gambaran sempurna dari pribadi yang santun dan matang. Alim, arif dan bijaksana selalu berpenampilan rapi serta terkadang senang guyon (humor) saat ngaji atau mengisi pengajian agar santri atau orang yang mendengarkan tidak merasa jenuh atau bosan.
KH. Hasyim Djamhari (Mbah Hasyim) diketahui bahwa Beliau menikah dengan Nyai Hj. Amiroh (Nyai Hj. Ma’muroh) pada tahun 1963. Seorang putri dari H. Abdul Majid, yang mana beliau (Nyai Hj. Ma mu’roh) seorang remaja putri yang dikenal tekun beribadah, ahli dzikir dan patuh kepada orang tua dan gurunya. Dalam pernikahan ini Mbah Hasyim dikaruniai lima putra. Namun yang satu putra ini meninggal dunia saat masih kecil.
Istri Beliau meninggal dunia pada saat putra ke empatnya masih Balita. Yang mana pada saat itu beliau merasa sangat sedih karena kehilangan seorang istri yang sangat dicintainya yang menemaninya berjuang, namun disisi lain merasa senang karena pada saat akan meninggal istri beliau melihat Rosulullah SAW hadir di rumahnya dengan memanggil sang suaminya untuk memberitahukan atas kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW di dalam rumahnya, dengan aroma bunga yang sangat harum dan semua orang yang hadir disekililingnya merasakan aroma harum tersebut.
Setelah wafatnya istri beliau, lalu KH. Hasyim Djamhari (Mbah Hasyim) menikah dengan Nyai Hj. Maesaroh. Yang mana beliau juga seorang putri dari H. Abdul Majid yang juga terkenal ahli ibadah dan penyayang. Nyai Hj. Maesaroh meninggal pada tahun 2006 dimana beliau mulai sering sakit, hingga ahirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Istri kedua beliau yang beliau cintai dan telah mendampingi beliau dalam berdakwah telah meninggalkannya dan keluarga untuk selama- lamanya.
Setelah wafatnya istri beliau yang kedua, lalu KH. Hasyim Djamhari (Mbah Hasyim) menikah dengan Ibu Nyai Solikhah yang berasal dari Margasari.
Nama-nama putra-putri beliau diantaranya :
- Khamid Id Hasyim (Nyai Hj. Mutimmatun)
- KH. Khamid Faqihufiddin Hasyim (Nyai Hj. Khunaini)
- Nyai Ulfiyah (KH. Nasir Malik)
- Lutfil Khakim
- Kiai Mujiburrohman Hasyim (Nyai Dhomirotul Mufidah)
- Almh Ibu Riyadoh (Ustadz Fakhrudin)
- Almh Ustadzah Khoerunisa (Ustadz Khumaedi)
- Nyai Hj. Izzatul Malkiyah (KH. Noval Attaqi)
- Nyai Hj. Aenul Lutfi (KH. Musthofa Azro’i)
- Gus Khotibul Umam Hasyim (Ibu Ani Syafiqotul Ummah)
- Gus Hamid Fahmi Hasyim (Ibu Dewi Sa’adah)
- Ning Umi Zahro (Ustadz Syukron Aulawi)
- Ning Khitotun Nahdiyah (Ustadz Baha’uddin)
- Gus Wildan Mukholad Hasyim (Ibu Khorissotus Salwa)
- Ning Fatimatuz Zahro (Mirza Fahmi)
Dalam riwayat Pendidikannya, sejak kecil Mbah Hasyim sudah dibimbing langsung oleh orang tuanya dengan ilmu Agama yang kuat, Beliau KH. Hasyim Djamhari disekolahkan di Sekolah Rakyat (SR), sebuah Lembaga pendidikan formal tingkat dasar. Pagi Sampai siang hari beliau mengikuti kegiatan belajar mengajar di SR Desa Danawarih dari kelas 1 hingga kelas 3, dan kelas berikutnya di SR Desa Balapulang. Siang sampai sore harinya beliau mengikuti kegiatan belajar mengajar di Madrasah Diniyah Dk. Malang.
KH. Hasyim Djamhari dikenal sebagai seorang anak yang rajin belajar, selalu berbakti kepada kedua orang tua dan guru-guru beliau, bersikap. Sopan kepada siapapun, dermawan, penyabar perihatin, peduli kepada orang lain, tawadhu", menyayangi binatang, tidak membanggakan dan tidak menyombongkan diri atas apa-apa yang dimiliki oleh orang tua beliau.
Setelah KH. Hasyim Djamhari menempuh Pendidikan dasar di SR Desa Balapulang, atas restu Keluarga Beliau mondok ke Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang terletak di daerah Tambak Beras Jombang Jawa Timur.
Sebuah Pondok Pesantren Salaf yang diasuh oleh K.H. Abdul Wahab Hasbulloh yang merupakan Pendiri dan Penggerak Jamiyyah Nahdlotul Ulama’ dan termasuk salah satu santri Hadrotus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang Jawa Timur yang terkenal cerdas dan alama.
Saat kegiatan mengajar di Pondok Pesantren libur, beliau memanfaatkan waktu untuk pulang ke rumah dan membantu pekerjaan orang tuanya. Beliau sering pula memanfaatkan waktu libur untuk mengikuti kajian kitab kuning ke beberapa Pondok Pesantren, diantaranya Pondok Pesantren Jombang. Sebuah Pondok Pesantren Salaf yang di dirikan oleh Hadrotussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang merupakan salah satu Pendiri dan Rois Akbar Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Setelah Hadrotus Syaikh wafat tahun 1947 beliau belajar kepada putra Hadrotus Syaikh yaitu KH Abdul Wahid Hasyim (Ayah Gus Dur), selain itu beliau belajar di Pondok Pesantren Poncol Solo Tigo dan Pondok Pesantren lainnya untuk lebih memperdalam ilmu Agama. Kurang lebih pada tahun 1954 saat memasuki masa 2 tahun di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, beliau memperoleh cobaan dari Allah berupa penyakit. Beliau terkena penyakit cacar cukup lama dan tidak kunjung sembuh, namun beliau tetap bersabar. Mendengar beliau sakit cukup lama dan tidak sembuh-sembuh juga. Akhirnya kakak tercinta beliau (KH. Mustofa) pun menulis dan mengirimkan surat melalui seseorang, yang ditujukan untuk beliau. Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tua dan kakak beliau, beliaupun segera menata semua barang barang beliau dan berpamitan.
Pada tahun 1955 Mbah Hasyim melanjutkan mondok di Pondok Pesanten APIK Kaliwungu Kendal yang di asuh oleh KH. Ahmad Ru"yat selama kurang lebih tiga tahun.
Setelah itu beliau melanjutkan di Pondok Pesantren Pungkuran Kendal yang di asuh oleh Mbah K. Ahmad selama kurang lebih satu setengah Tahun.
Mendirikan Pondok Pesantren Nrul Huda Al-Hasyimiyyah
Setelah dirasa cukup untuk menimba ilmu, akhirnya Mbah Hasyim kembali ke Danawarih dan mulai mengabdi kepada masyarakat di sana. Namun ketika hendak pulang, beliau dititipi tiga orang santri oleh Mbah K. Ahmad Ru’yat Kauman Kaliwungu Kendal untuk ikut mengaji dan mengabdi kepadanya.
Pada tahun 1977, Mbah Hasyim mendirikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Nurul Huda Al Hasyimiyyah dan di Tahun berikutnya beliau mendirikan Majlis Ta’lim Pondok Pesantren Nurul Huda Al Hasyimiyyah yang diresmikan menjadi Pondok Pesantren pada Tahun 1984. Pesantren inilah yang kemudian menjadi rujukan para orang tua, untuk memondokan putra putrinya untuk belajar kitab kuning memperdalam ilmu Agama. Sehingga akhirnya, masyarakat Danawarih mengenal KH. Hasyim Djamhari sebagai sosok ulama yang kharismatik
KARIR DI DUNIA PENDIDIKAN, SOSIAL, POLITIK & NAHDLATUL ULAMA
Selain menjadi seorang pengasuh PP. Nurul Huda Al Hasyimiyyah Danawarih, Mbah Hasyim di kenal aktif dalam NU, terlihat pada Tahun 1983 hingga 1988 beliau pernah menjabat sebagai Katib Syuriah PCNU Kab. Tegal, Kemudian pada Tahun 1988 sampai 1998 Mbah Hasyim menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Kabupaten Tegal selama dua periode.
Sekitar tahun 1990, Beliau bersama Ulama lain yang ada di Kabupaten Tegal mendirikan sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam yang di beri nama Sekolah Tinggi Agama Islam Bakti Negara ( STAIBN ) dan sebuah Yayasan Umat Islam yang di beri nama Yayasan Umat Islam Indonesia Sekitar tahun 2000 Mbah Hasyim juga aktif dalam salah satu Organisasi partai yang didirikan oleh ulama NU, beliau menjabat menjadi dewan syuro.
SALAH SATU KARAMAH
Bertemu dengan Nabi Khidir
Pada suatu malam saat beliau berkhidmah kepada guru beliau yaitu Mbah Wali Musyaffa Kaliwungu Kendal, tiba-tiba ada seorang laki-laki tua tak di kenal mendekati beliau. Di tubuh Orang itu terdapat penyakit bernanah. Orang itu bertanya kepada beliau Nak, yang ada kelapa muda di mana Nak?. beliau menjawab dengan santun Saya tidak tahu mbah, silahkan tanyakan pada mbah K. Musyaffa, mari saya antar.” Orang itu di antar oleh K.Hasyim ke rumah mbah K. Musyaffa dan di persilahkan masuk dan duduk di ruang tamu, kemudian beliau memberitahu guru beliau untuk menemu orang tersebut. K. Musyaffa akhirnya menanyakan kedatangan orang tua itu, bahwa orang tua itu meminta kelapa muda dan ingin berobat. Akhirnya K. Musyaffa menyuruh K. Hasyim untuk memetik kelapa di pekarangan beliau, beliau segera memetik dan diletakkan dihadapan guru beliau, guru beliau langsung memegang, memeras dan memasukan nanah yang ada di bagian tangan Orang itu ke dalam kelapa muda itu.
Setelah selesai K. Hasyim di suruh mengambil dan meminum air kelapa tersebut yang sudah bercampur dengan nanah dan sangat berbau tidak enak itu, beliau pun langsung mengambil dan meminumnya. Setelah itu orang tua itu pergi entah ke mana, setelah beberapa hari beliau sowan kepada guru beliau yaitu KH. Anmad Ru"yat Kaliwungu dan menceritakan peristiwa tersebut, kemudian guru beliau mengatakan bahwa orang tua tersebut adalah Nabi Khidir AS dan Mbah K. Musyaffa itu adalah waliyullah. semua cairan yang ada di dalam kelapa muda tersebut bukanlah nanah , tetapi air yang luar biasa yang insya Allah dapat menjadi futuhnya hati dan pikiran. Beliau pun menangis setelah mendengar penjelasan dari beliau.
Selamat dari orang yang akan mencelakainya
Suatu hari ada dua orang yang datang ke rumah KH. Hasyim Djamhari yang berencana ingin mencelakakan beliau. Namun saat mereka baru masuk ke ruang depan dan baru melihat beberapa kitab beliau yang terpajang dilemari beliau, tiba-tiba tubuh mereka sangat gemetar dan sangat ketakutan. Mereka pun mengurungkan rencana mereka dan mereka pun segera pergi meninggalkan rumah beliau, Dan beliau pun selamat.
Wafat
Tahun 2008 tepatnya pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2008 sore, KH. Hasyim Djamhari wafat. Beliau di makamkan di pemakaman keluarga. Beliau tutup usia dalam usia 68 tahun. Keluarga, Saudara, sahabat, para santri dan masyarakat Umum pun merasa sedih, Karena telah ditinggal untuk selama lamanya oleh sosok ulama kharismatik yang menjadi panutan mereka, panutan kita semua.
Sumber: Buku Biografi KH. Hasyim Djamhari karangan Ustadz Ahzam Shodiq
Dulur Pagerwangi
14 Agustus 2024 12:01:47
Tambah maju, keren....